Learning 2 Live

dream BIG, START small, PAY IT FORWARD

Monday, November 28, 2005

"The Most Harry Potter" So Far

Review Film Harry Potter and The Goblet of Fire

Waktu selalu menyuguhkan sesuatu yang baru bagi setiap orang. Karena waktu selalu bergerak maju maka semuanya tidak akan pernah sama seperti sebelumnya. Sebuah keniscayaan yang siapapun tidak akan bisa memungkirinya.

Harry Potter selalu yakin akan hal itu. Maka ia selalu antusias setiap kali masa liburan berakhir. Sebab setelah itu ia akan bertemu kembali dengan Ron, Hermione, Hagrid, teman-teman dan guru-gurunya di Hogwarts. Tentu saja dengan berbagai pengalaman dan petualangan baru.

Tahun keempat di Hogwarts bukan hanya jadi milik Harry seorang. Para penggemarnya pun sama antusiasnya dengan Harry. Sejak pertama kali diangkat ke layar lebar pada tahun 2001 sekuel Harry Potter selalu ditunggu. Mereka yang umumnya adalah pembaca setia Harry Potter telah tersihir untuk melihat keajaiban CGI dalam mewujudkan imajinasi mereka di layar lebar. Maka tak mengherankan jika pada opening weekend-nya Harry Potter and The Goblet of Fire langsung menjadi pemuncak Box Office Chart dengan pendapatan US $ 101.000.000,00.

Tahun ini diawali Harry dengan menonton Kejuaraan Dunia Quidditch bersama Hermione, Ron sekeluarga, dan si ganteng Cedric Diggory beserta ayahnya. Di tengah perayaan kemenangan terjadi kekacauan. Para Death Eaters membumihanguskan seluruh tenda penonton. Dan yang paling mengejutkan adalah munculnya sebuah tanda kegelapan di langit. Tanda itu hanya punya satu arti: Voldemort telah kembali!

Setelah kejadian di Kejuaraan Dunia Quidditch itu, Harry dan teman-temannya kembali ke Hogwarts. Ternyata tahun ini adalah tahun yang istimewa bagi mereka. Hogwarts kedatangan tamu dari dua sekolah sihir lainnya, Beauxbaton dan Durmstrang. Mereka akan berkompetisi dalam sebuah turnamen sihir persahabatan. Namun ada yang berbeda kali ini. Triwizard yang biasanya hanya diikuti oleh tiga siswa dari tiga sekolah, kali ini punya empat peserta.

Terpilihnya Harry oleh Piala Api jadi kontroversi tersendiri. Karena usianya belum cukup untuk ikut turnamen, ia pun dianggap curang. Ron sempat melancarkan perang dingin terhadap Harry karena kasus ini. Sementara Hermione perhatiannya terbagi dengan seseorang yang dikaguminya. Jadilah Harry harus berjuang keras dalam menyelesaikan ketiga tugasnya dalam turnamen tersebut.
***
Pihak Warner Brothers dan J.K. Rowling sepertinya telah membuat kesepakatan dalam penggarapan HP jilid 4 ini. Terlihat dari perubahan sudut pandang bercerita dan - yang tidak dapat dielakkan (atas nama durasi tentu saja) - eliminasi detil serta cerita lain yang dianggap kurang perlu (diangkat ke layar lebar). Penonton yang berharap akan mendapat suguhan seapik HP jilid 1 dan 2 bisa jadi akan kecewa. Namun jilid 4 ini masih lebih baik dibandingkan dengan jilid 3 lalu yang mengecewakan dari berbagai sisi, kecuali CGI-nya tentu.

Keputusan Chris Columbus untuk angkat tangan ketika ditawari menyutradarai jilid-jilid HP berikutnya adalah sebuah langkah bijak. Ia seperti bisa merasakan apa yang diinginkan para penggemar Harry Potter. Karena itulah ia ngotot mempertahankan orisinalitas HP secara utuh ketika diangkat ke layar lebar. Mulai dari karakter dan chemistry tiap tokoh, setting, artistik, bahkan dialog dibuat sedekat mungkin dengan cerita aslinya. Konsekuensinya durasi jilid berikut akan lebih panjang dari jilid sebelumnya.

Mike Newell yang kali ini ditugasi sebagai sutradara belajar banyak dari kenekatan Alfonso Cuaron dalam menangani HP 3. Newell berusaha untuk mengkompromikan gaya Columbus dan Cuaron dalam menangani HP 4 ini. Ia mencoba tetap menjaga orisinalitas, resep yang dipelajarinya dari Columbus, sambil tetap berimprovisasi dan mengeliminasi bagian-bagian tertentu. Hasilnya durasi HP 4 ini kembali berada di kisaran yang sama dengan HP 1 dan 2. Sementara detil cerita maupun setting seperti asrama Gryffindor dan ruang kelas tidak terlalu diekspos. Menghindari kebingungan penonton ketika melihat banyak setting, dialog maupun cerita pada HP 3 berubah, sebagai hasil improvisasi Cuaron.

Namun kompromi ini bukan tanpa cela. Akibat pemangkasan detil dan bumbu cerita, Newell menjadikan HP 4 ini milik Harry seorang. Kalau Anda sempat memperhatikan, sejak HP 3 lalu beberapa tokoh mulai kelihatan sebagai tempelan (untuk tidak mengatakannya figuran) saja. Pada HP 4 kejadian ini terulang. Bahkan porsinya justru bertambah! Hampir semua tokoh diposisikan sebagai pendukung semata. Ron dan Hermione yang sahabat dekat Harry saja makin terlihat sebagai "figuran". Sementara Albus Dumbledore sendiri posisinya diselamatkan oleh jabatannya sebagai kepala sekolah. Maka yang terjadi adalah Harry-sentris sepanjang film.

Improvisasi adalah hal lain yang terlihat dalam film ini. Usaha untuk menjadikan HP lebih manusiawi demi menyesuaikan dengan usia Harry serta target penonton yang beranjak remaja, membawa konsekuensi lain. Porsi sihir-menyihir di jilid ini terasa berkurang. Sedangkan perjuangan mati-matian Harry selama turnamen dan aksi tanpa sihir lainnya justru ditonjolkan. Di sisi lain, usaha mengangkat sisi remaja Harry terlihat dari ketertarikannya pada seorang gadis manis, Cho. Serta sebuah pesta dansa yang digelar selama turnamen berlangsung. Menariknya ketika adegan Harry dan Ron cemburu terhadap Hermione yang bisa menikmati dansa bersama pasangannya, musik pengiringnya adalah band modern rock! Anda tentu tidak akan menemukan nuansa ini jika Columbus yang menangani.

Secara keseluruhan film ini tetap menghibur meski tidak bisa dibilang istimewa. Improvisasi Newell saat adegan Harry menyelesaikan tugas-tugas Triwizard cukup mengesankan. Aksi Harry menaklukkan sang naga ala dog fight, penyelamatan teman-temannya dari dasar Danau Hitam, dan penemuan piala dalam sebuah maze sangat terbantu oleh CGI. Kehati-hatian untuk tetap menjaga orisinalitas cerita juga layak mendapat penghargaan. Para penggemar tentu tidak akan bisa menerima jika cerita jadi banyak berubah demi memangkas durasi semata.

Harry memang telah berubah. Ia kini beranjak remaja. Anak-anak dan Anda yang masih berharap bisa melihat imajinasinya divisualkan di layar lebar pun mulai ditinggalkan. Semoga saja pada jilid berikutnya Harry tidak digambarkan menggantung tongkatnya. Kita memang tidak akan pernah tahu...

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home